LAPORAN OBSERVASI
PEMBELAJARAN PENJAS ADAPTIF
Untuk
memenuhi salah satu mata kuliah pembelajaran penjas adaptif
Dosen : Habibi Hadi
Wijaya, S.Or, M.Pd
Kelompok Srigala
Disusun Oleh :
Ketua
Kelompok: Igra Marchelia
1. Lintang Praptiawati
2. Puri Giantari
3. Engkos Saputra
4. Endang Herawan
5. Ivan Hartanto
6. Miftahudin
7. Zaenudin
8. Alfin Nugraha
9. Roni Rinaldi. R
10. Aulia Raka Juang
11. Rudini
Kelas: 6A
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN
REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGPERBANGSA KARAWANG
2014
LAPORAN HASIL PENELITIAN
OBSERVASI DI SEKOLAH LUAR BIASA
Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif
Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama
dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek
dari seluruh proses pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif
merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh
(comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah
dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki
masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari
keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar.
Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku.
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan mengkoreksi
kelainan dan keterbatasan tersebut.
Pengertian
Tunarungu
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yag diakibatkan
karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia
tidak dapat menggunakan alat pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari yang
membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks.
Klasifikasi
Ketunarunguan
Pada umumnya klasifikasi anak tunarungu dibagi atas
dua golongan atau kelompok besar yaitu tuli dan kurang dengar. Orang tuli
adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar sehingga membuat
proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik itu memaki atau tidak memakai
alat dengar Kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian
kemampuan mendengar, akan tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan
pemakaian alat Bantu dengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses
informasi bahasa melalui pendengaran.
Klasifikasi
anak tunarung menurut Samuel A. Kirk :
1. 0 db :
Menunjukan pendengaran yang optimal
2.
0 – 26 db : Menunjukan seseorang masih mempunyai
pendengaran yang optimal
3.
27 – 40 db : Mempunyai kesulitan mendengar bunyi –
bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan
memerlukan terapi bicara . ( tergolong tunarungu ringan )
4.
41 – 55 db : Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat
mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara (
tergolong tunarungu sedang )
5.
56 – 70 db : Hanya bisa mendengar suara dari jarak
yang dekat, masih punya sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan
menggunakan alat Bantu dengar serta dengan cara yang khusus (tergolong
tunarungu berat )
6.
71 – 90 db : Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat
dekat, kadang – kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan khusus yang
intensif, membutuhkan alat Bantu dengar dan latihan bicara secara khusu (
tergolong tunarungu berat )
7. 91 db :
Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada
penglihatan dari pada pendengaran untuki proses menerima informasi dan yang
bersangkutan diangap tuli ( tergolong tunarungu berat sekali )
Karakteristik
Tunarungu
Karakteristik
Tunarungu dalam segi emosi dan social
1. Egosentrisme
yang melebihi anak normal.
2.
Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih
luas.
3.
Ketergantungan terhadap orang lain
4.
Perhatian mereka lebih sukar dialihkan.
5.
Mereka umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana
dan tanpa banyak masalah.
6. Mereka lebih
mudah marah dan cepat tersinggung.
TUNA GRAHITA
Tuna Grahita/Cacat Ganda adalah kelainan dalam
pertumbuhan dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak
bayi / dalam kandungan atau masa bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh faktor
organik biologis maupun faktor fungsional, adakalanya disertai dengan cacat
fisik dengan ciri-ciri dan klasifikasi sebagai berikut.
Ciri ciri
Tuna Grahita antara lain :
1. Kecerdasan
sangat terbatas.
2. Ketidak mampuan
sosial yaitu tidak mampu mengurus diri sendiri, sehingga selalu memerlukan
bantuan orang lain.
3. Keterbatasan
minat.
4. Daya ingat
lemah.
5. Emosi sangat
labil.
6. Apatis, acuh
tak acuh terhadap sekitarnya.
7. Kelainan badaniah
khusus jenis mongoloid badan bungkuk, tampak tidak sehat, muka datar, telinga
kecil, badan terlalu kecil, kepala terlalu besar, mulut melongo, mata sipit.
KARAKTERISTIK
ANAK TUNAGRAHITA
Karakteristik
atau ciri-ciri anak tunagrahita dapat dilihat dari segi :
1.
Fisik (Penampilan)
o Hampir sama
dengan anak normal
o Kematangan
motorik lambat
o Koordinasi
gerak kurang
o Anak
tunagrahita berat dapat kelihatan
- Intelektual
o Sulit
mempelajari hal-hal akademik.
o Anak
tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia
12 tahun dengan IQ antara 50 – 70.
o Anak
tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia
7, 8 tahun IQ antara 30 – 50
o Anak
tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3 – 4 tahun,
dengan IQ 30 ke bawah.
- Sosial dan Emosi
o Bergaul
dengan anak yang lebih muda.
o Suka
menyendiri
o Mudah
dipengaruhi
o Kurang
dinamis
o Kurang
pertimbangan/kontrol diri
o Kurang
konsentrasi
o Mudah
dipengaruhi
o Tidak dapat
memimpin dirinya maupun orang lain.
Dalam
laporan observasi ini dengan matakuliah
pendidikan jasmani adaptif ini kami melakukan observasi di Dhama Wanita Sekolah Luar Biasa Tunas Harapan
Karawang. Pada hari jumat jam 08.00 wib.
Dalam tugas observasi ini kelompok kami melakukan penelitian, Yang pertama kami
memantau siswa/siwi yang sedang melalukan senam SKJ. Dan selanjutnya kami
melakukan tanya jawab kepada salah satu guru yang sedang memantau siswa yang
sedang melakukan senam SKJ. Di sekolah Dharma Wanita (SLB) terdidri dari siswa
SD, SMP dan SMA. Di antaranya ada siswa tuna rungu, tuna netra, tuna grahita
(IQ dibawah rata”), tunadaksa, tunalaras, istimewah (IQ diatas rata-rata ),
tunaganda. Tuna rungu terdiri dari spesial B dan C.
Masalah
utama dalam pembelajaran bagi anak dengan kebutuhan pendidikan khusus di Dharma
Wanita adalah lebih susah memahami dibanding anak normal biasanya, menurut info
yang sudah kami dapat di sekolah Dharma Wanita ini untuk siswa tuna rungu, cara
berkomunikasi atau penyampaian materi antara siswa dengan guru tidak hanya dengen
ucapan taetapi harus di barengi dengan isyarat. Untuk tingkat emosi labil dan
kebiasaan yang biasa mereka lakukan dalah belajar, olahrga seperti siswa normal
pada umumnya. Karakteristik untuk siswa
kebutuhan pendidikan khusus ini bermacam-macam. Ada tiga tingkatan untuk
siswa bisa di nyatakan lulus salah satunya adalah memenuhi KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal). Untuk prestasi yang paling menonjol di sekolah Dharma
Wanita ini adalah melukis dan menari jaipong untuk tingkat kabupaten, provinsi
dan nasional.
Tujuan
observasi kelompok kami untuk
lebih
mengetahi cara pembelajaran di sekolah luar biasa,terutama pada mata pelajaran
penjas menambah pengetahuan kami lebih jauh lagi tentang sekolah luar biasa,
dan menambah wawasan kami dalam mata kuliah pendidikan jasmani adaptif.
Lokasi observasi yang kami tuju yaitu :
1.
Nama Sekolah :
Tunas Harapan Dharma Wanita
2. Alamat
Sekolah : Jalan Malabar Karang Indah Karawang
Kelurahan : Karangpawitan
Kecamatan : Karawang Barat
3. Kepala
Sekolah : Hj.Siti Jumanah S.Pd
4. Nama Guru : Ibu. Imas,
S.pd
5. Sarana dan Fasilitas :
-
Ruang
Kepala Sekolah
-
Ruang
TU
-
Ruang
Guru
-
8
Kelas Siswa
-
Kamar
Mandi Guru
-
Kamar
Mandi Siswa
-
Tempat
Parkir Motor
-
Lapangan
Olaharaga
-
Taman
Tempat Bermain Siswa
-
Kantin
LAMPIRAN :